Ihsan Subhan (lahir di Cianjur 2 Desember 1987) adalah penyair berkebangsaan Indonesia asal Cianjur, Jawa Barat. Ia menulis puisi di sejumlah media cetak dan online, serta puluhan buku antologi puisi bersama penyair Nasional dan Asia Tenggara.
Festival Cahaya (2017) dan Sampai Titik Hujan Penghabisan (2024) adalah dua antologi tunggalnya yang telah diterbitkan.
Ihsan merupakan lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, di Universitas Suryakancana Cianjur (2010), dan kini meluangkan waktu untuk kuliah S2 di Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana Cianjur (2024).
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Ihsan sudah menyukai puisi dan seni lukis. Hingga ia sering mengikuti perlombaan membaca puisi, menulis puisi, menulis cerpen, dan melukis di tingkat daerah maupun nasional. Mulai dari tingkat pelajar hingga umum. Beberapa kali Ihsan sering memenangkan perlombaan tersebut. Baik mewakili sekolahnya, lembaga, maupun secara mandiri.
Ia sempat menjadi anggota Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) pada tahun 2003, yang digagas oleh para Sastrawan Nasional yang juga merupakan pengurus Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan redaktur majalah sastra Horison. Diantaranya adalah; Taufik Ismail, Agus R Sanrjono, Jamal D Rahman, dan Maman S Mahayana.
Tahun 2003 Ihsan mulai aktif menggiati bidang sastra dan teater di Dewan Kesenian Cianjur (DKC), ia belajar sastra dan berlatih teater di DKC, hingga akhirnya sering mementaskan teater dan mengikuti banyak kegiatan kesenian lainnya.
Dalam karirnya di dunia kesenian dan kesusastraan, Ihsan pernah aktif menjabat sebagai Ketua Bidang Kajian Puisi Forum Lingkar Pena (2008), Anggota Komite Sastra DKC (2006-2010), Sekretaris di Komunitas Sastra Cianjur (2010-2015), Ketua Komite Sastra DKC (2011-2015), Sekretaris Umum DKC (2015-2016), Sekretaris Umum Dewan Kebudayaan Kabupaten Cianjur (2016-2019), Pengurus Yayasan Ngawitan Ruang Tumbuh, Founder Ruang Sastra Cianjur (RSC), dan Pengelola Rumah Baca Pangrango.
Ihsan pun sering diundang menjadi pemateri di acara Workshop dan Seminar Kepenulisan Sastra, baik tingkat lokal maupun regional. Beberapa kali juga diundang untuk menjadi juri di kegiatan lomba baca puisi tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan nasional.
Dari tahun 2016 Ihsan sering mengikuti kegiatan sastra tingkat nasional dan Asia Tenggara, dengan berbagai pertemuan penyair dan sastrawan, diantaranya adalah; Festival Puisi Kopi Dunia di Aceh (2016), Temu Penyair Asia Tenggara di Padang Panjang (2017), Temu Sastra Mitra Praja Utama di Bandung (2017), Hari Puisi Indonesia di Jakarta (2015, 2016, 2017, 2018), Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru (2016, 2017, 2018), Pertemuan Penyair Muda Nusantara di Pematangsiantar (2018), Temu Sastrawan Nusantara Melayu Raya (Numera) di Johor Malaysia (2018), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan di Tanjungpinang (2018), dan kegiatan lainnya di berbagai penjuru tanah air Indonesia.
Pada tahun 2023, penyair asal Cianjur ini mendapatkan “Penghargaan Perseorangan Komunitas Sastra” dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI), sebagai pegiat atau pelaku sastra.
Selain itu sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam menulis puisi di media dan bergiat di bidang kesusastraan, nama “Ihsan Subhan” dan profil kepenyairannya masuk dalam buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” (2017), yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia.
Publikasi Karya
Buku antologi puisi tunggalnya bertajuk “Festival Cahaya” (2017) yang diterbitkan Papel Aksara Utama, anak kandung Penerbit Gambang Buku Budaya Yogyakarta, dan Buku Kumpulan Puisi “Sampai Titik Hujan Penghabisan” (2024) diterbitkan oleh Langgam Pustaka.
Karya-karyanya banyak dimuat di berbagai media cetak dan daring, yaitu; Pikiran Rakyat, Indopos, Bali Post, Radar Surabaya, Suara NTB, Padang Ekspres, Banjarmasin Post, Rakyat Sumbar, Riau Pos, Harian Waktu, Jurnal Bogor, Metro Andalas, Majalah Story, Horison, Seni Kuflet, Travesia, viva.co.id, cakrawalamedia, epicentrumnews.com, Tribun Jogja, Bali Politika, dan media lainnya.
Beberapa puisinya juga diabadikan dalam puluhan buku antologi bersama; Antologi Penyair Sastra Senja “Selalu Ada Rindu” Dewan Kesenian Jakarta (2006), Dzikir Ilalang Pada Tengah Malam (2009), Munajat Sesayat Doa (2011), Indonesia Memahami Kahlil Gibran, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (2011), Jaket Kuning Sukirnanto (2014), Puisi Kopi Penyair Dunia 1550 Mdpl (2016). 6,5 SR Luka Pidie Jaya (2017), 6,5 SR #KitaAceh (2016), Menderas Sampai Siak (2016), Epitaf Kota Hujan (2017), Anggrainim, Tugu dan Rindu (2018), Buitenzorg (2018), Soekarno, Cinta, dan Sastra (2018), Kunanti di Kampar Kiri (2018), Jazirah: Jejak Hang Tuah dalam Puisi (2018), Buluwaktu (2018), Membaca Asap (2019), Jazirah 2: Segara Sakti Rantau Bertuah (2019), Jazirah 4: Kembara Padang Lamun (2020), Jazirah 5: Angin, Ombak, dan Gemuruh Rindu (2020), Dari Negeri Poci 10: Rantau (2021), Dari Negeri Poci 11: Khatulistiwa (2022), Lelaki yang Mendaki Langit Pasaman Rebah ke Pangkal (2019), Pandemi Puisi (2020), Jazirah 8: Ombak, Camar, dan Kerinduan (2021), Jazirah 11: Laut dan Kembara Kata-kata (2022), Putiba untuk Jokpin: Dengan Celana Barunya Ia Pulang (2024), Jazirah 20 “Orkestra Musim” (2024), Dari Negeri Poci 14 “Jauhari” (2024).