Demo Mahasiswa 11 April, Pakar Politik: Mahasiswa Masih Ragu dengan Ketidaktegasan Jokowi Soal 3 Periode

oleh
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia melakukan aksi unjuk rasa di depan kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia melakukan aksi unjuk rasa di depan kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9/2019). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wpa.

kataberita.id — Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menanggapi rencana demo mahasiswa BEM SI dan beberapa elemen masyarakat pada Senin 11 April 2022. Ujang menilai demo mahasiswa tersebut merupakan dampak dari ketidaktegasan Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengenai isu 3 periode.

“Mahasiswa masih ragu dengan ketidaktegasan Jokowi soal 3 periode. Mestinya Jokowi secara tegas segera membuat pernyataan kepada mahasiswa dan seluruh rakyat Indonesia. Bahwa pada masa kepemimpinannya: Tak akan ada dan tak boleh ada amandemen konstitusi,” kata Ujang saat dihubungi pada Sabtu 9 April 2022.

Baca Juga :   Banjir Rendam 60 Ribu Warga Bandung, Abu Janda dan Dewi Tanjung Ogah Demo RK

Jika Jokowi secara tegas mengungkapkan itu ke publik, tentu tidak akan membuat polemik di masyarakat. Ketidakjelasan Jokowi soal tiga periode ini membuat suasana politik memanas.

“Jika itu yang dikatakan Presiden, maka wacana penundaan, perpanjangan, atau pun Jokowi 3 periode akan selesai. Mahasiswa tak akan turun ke jalan jika Jokowi memberikan pernyataan yang jelas, tegas, dan lugas,” ujar Ujang.

Jokowi sebagai pemimpin negara, lanjutnya, semestinya bisa menyampaikan janji bahwa tidak akan ada amandemen konstitusi. Karena diketahui pada rapat kabinet lalu tidak adanya yang menyinggung soal 3 periode.

Baca Juga :   PKS-Demokrat Membela dan Dukung BEM UI Soal Poster Jokowi 'The King of Lip Service'

“Jokowi mesti berjanji pada masa pemerintahannya tak akan mengamandemen konstitusi. Karena di rapat kabinet yang lalu, Jokowi tak menyinggung dan menyetop soal Jokowi 3 periode. Tapi hanya menyetop penundaan Pemilu atau perpanjangan masa jabatan Presiden,” kata Ujang.

Padahal substansi Jokowi 3 periode dengan penundaan Pemilu atau perpanjangan masa jabatan Presiden itu sangat berbeda. Jika penundaan atau perpanjangan masa jabatan presiden itu pemilunya diundur, artinya pemilunya bukan di 2024.

Baca Juga :   Heboh! Netizen Soroti Kerumunan Kunjungan Jokowi, dr Tompi: Yang Bloon Nggak Usah Ditiru!

Ujang mengusulkan bahwa Jokowi mestinya berkata kepada publik untuk tidak boleh dan tidak ada perubahan amandemen pada masa pemerintahannya. “Namun jika Jokowi 3 periode itu Pemilu tetap di 2024. Tapi Jokowi ikut jadi capres lagi, ikut Pemilu lagi. Kedua-duanya butuh amandemen. Makanya saya usulkan Jokowi mesti berkata: pada masa saya jadi Presiden, tidak boleh ada dan jangan ada amandemen,” ujar Ujang.