kataberita.id — Dua tahun setelah Pemilu 2019, PDI Perjuangan masih memimpin elektabilitas partai politik (Parpol). Secara umum elektabilitas partai politik cenderung turun dalam satu tahun terakhir. Sementara itu Demokrat melesat, begitu pula dengan PKS dan PSI yang mengalami kenaikan.
Temuan survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan di tengah tren penurunan elektabilitas parpol, tiga parpol yaitu Demokrat, PKS, dan PSI justru naik, khususnya dalam empat bulan terakhir. “Demokrat, PKS, dan PSI mendulang dukungan di tengah turunnya elektabilitas partai-partai politik,” ungkap peneliti indEX Research Hendri Kurniawan dalam siaran pers di Jakarta, pada Jumat (12/3/2021).
PDIP yang fluktuatif di kisaran 28-33%, kini melorot menjadi 24,7%. Demokrat yang semula stabil 3%, melejit menjadi 7,1%. PKS dari kisaran 5% kini naik lagi menjadi 6,2%. PSI dari awalnya 2%, merangkak ke 4%, kini tembus ke 5,0%. “Tingginya elektabilitas PDIP tidak bisa dilepaskan dari posisinya sebagai parpol yang memimpin koalisi pemerintah, dan keberhasilan PDIP memenangkan dua pemilu berturut-turut,” kata Hendri.
Hal serupa dialami mitra koalisi PDIP yaitu Gerindra dan Golkar, dan sama-sama mengalami tren penurunan elektabilitas. Gerindra dari kisaran 14% kini turun menjadi 12,3%. Sedangkan Golkar dari 9% kini tinggal 7,8%. “Di kubu oposisi, Demokrat dan PKS mengancam posisi partai-partai utama pemerintah,” lanjut Hendri.
Aksi kubu Moeldoko yang berasal dari lingkaran Istana di Kantor Staf Presiden (KSP) dengan menggelar KLB Demokrat ditengarai bagian dari upaya menjinakkan oposisi. Strategi Demokrat tampaknya meniru PDIP yang menjadi oposisi dalam dua periode dan kemudian menang pemilu. “Dengan faktor utama AHY, Demokrat menuai kenaikan elektabilitas, sehingga tampaknya kubu pemerintah memandang serius posisi Demokrat,” tandas Hendri.
Parpol papan tengah lainnya adalah PKB (5,4%), Nasdem (3,6%), PPP (2,0%), dan PAN (1,1%). Geliat parpol baru memunculkan Partai Ummat yang menyodok dengan elektabilitas 1,3%. Pada papan bawah ada Hanura (0,6%), Berkarya (0,3%), dan parpol baru Gelora (0,3%). Sisanya menyatakan tidak tahu/tidak menjawa sebesar 21,8%.