kataberita.id — Prabowo Subianto unggul di sejumlah survei bursa calon presiden kelak Pilpres 2024. Elektabilitas Prabowo kerap ada di posisi puncak di antara deretan tokoh yang meramaikan bursa capres 2024.
Dua survei publik terakhir dari Parameter Politik Indonesia (PPI) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menampilkan Prabowo berada di urutan atas dengan elektabilitas 19,9 persen dan 22,5 di masing-masing lembaga survei. Unggul jauh dari deretan pesaing, termasuk di antaranya ada nama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana mengatakan banyaknya publikasi hasil survei elektabilitas capres 2024 belakangan tak lepas dari status Presiden Joko Widodo yang tidak lagi dapat mencalonkan diri sebagai presiden pada periode berikutnya.
“Artinya, ruang kompetisi semakin besar dan semakin luas,” kata Aditya saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Penyebab lainnya, menurut Aditya, karena isu pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2022 yang dianggap para politikus sebagai batu loncatan untuk Pilpres 2024 kini berpotensi ditiadakan, menyusul polemik pembahasan RUU Pemilu di DPR.
“Maka pergeseran kemudian dibicarakan terkait dengan calon presiden yang mulai diperkenalkan kepada publik melalui lembaga-lembaga survei itu,” Jelas Aditya.
Aditya menduga publikasi hasil survei elektabilitas ramai belakangan merupakan skenario partai politik yang punya keinginan mencalonkan beberapa nama untuk pencalonan Pilpres 2024.
Di satu sisi, publikasi elektabilitas capres bisa mempermudah masyarakat mengetahui peta bursa capres yang kelak akan mereka pilih. Sehingga publik punya banyak watu mendalami track record, perilaku politik, serta penilaian terhadap kinerja mereka kelak dengan berkaca pada pencapaiannya sekarang.
Si lain sisi, kata Aditya, survei elektabilitas capres lebih sering hanya jadi kepentingan pihak tertentu untuk mengetes selera dan ketertarikan publik di ranah politik.
“Ini kemudian jadi ajang malu-malu kucing, disorong-sorong sama lembaga konsultan politik melalui survei, pada kenyataannya lagi tes pasar, tes ombak,” ujarnya.
<--nextpage-->Menurut Aditya, masyarakat kerap dianggap tidak penting dan dibuat bingung mengenai calon pemimpin yang akan mereka pilih. Sebabnya, akan selalu ada ketidakpastian peserta Pemilu hingga detik-detik akhir masa pencalonan.
“Kalau emang Anies Baswedan mau serius nyalon, kemudian Sandiaga Uno, siapapun itu, Ridwan Kamil, segera lakukan gerilya politik dengan koalisi-koalisi pendukung partainya,” tegas Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia (UI) itu.
Membaca keadaan hari ini, Aditya menduga ada di antara nama yang dirilis oleh lembaga survei punya keinginan untuk mencalonkan diri. Hal ini bisa dilihat dari pertanyaan tertutup yang diajukan kepada responden ketika survei dilakukan.
Donatur survei, menurut Aditya, dalam hal ini punya keinginan untuk maju pada pilpres mendatang. Namun, keinginannya belum tentu mendapatkan respons elite partai.
“Elite partai sendiri juga paling tidak yang di pemerintahan. Ini kan mereka sedang lirik-lirikan,” ungkapnya.
Adapun sosok pemimpin yang dibutuhkan publik hari ini, menurut Aditya tidak mudah. Hal itu harus memperhatikan bagaimana ketangguhan dan kemampuan calon-calon tersebut dalam menghadapi pandemi, misalnya. Mereka mesti memiliki inovasi dan kreativitas ketika memiliki jabatan.
Urusan latar belakang figur, kata Aditya, tak lagi relevan apakah kandidat harus dari kalangan militer atau sipil, berasal dari suku Jawa dan luar Jawa, serta politisi atau teknokrat. Hal itu terlihat sejak Jokowi memenangi Pilpres pada 2014 silam.
“Yang dipertimbangkan tetap elektabilitas, popularitas, dan juga kemampuan visi misinya. Tapi di luar itu, biasanya ya isi tas,” ujar Aditya.
Sebelumnya, hasil riset lembaga survei Parameter Politik Indonesia (PPI) memunculkan tingkat elektabilitas Prabowo Subianto 19,9 persen, Anies Baswedan 11,9 persen, Ganjar Pranowo 11,3 persen, Ridwan Kamil 4,1 persen, Tri Rismaharini 4,0 persen, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok 1,8 persen, Puan Maharani 0,7 persen.
Sementara, hasil survei itu Lingkaran Survei Indonesia menyatakan elektabilitas Prabowo 22,5 persen, Ganjar Pranowo 10,6 persen, dan Anies Baswedan 10,2 persen.
Aditya menilai wajar nama Prabowo masih di puncak survei elektabilitas lantaran ia tetap populer sebagai calon kandidat. Mengenai apakah Prabowo akan menjadi calon presiden 2024 bergantung pada Prabowo sendiri.
“Apakah nama Pak Prabowo memang masih dilirik (elite) apa tidak, tergantung Prabowo-nya juga, masih minat apa tidak,” jelas Aditya. (CNN Indonesia/kataberita)