Indra J Piliang: Berburu Politisi Garis Depan

oleh

Oleh: Indra J Piliang (Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar)

Sejak paragraf pembuka, saya perlu tegaskan bahwa saya tidak hanya berburu seorang Noel atau Immanuel Ebenezer. Setiap kali “menemukan” seseorang yang “sesuai” kriteria subjektif yang saya susun, saya langsung menyampaikan kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto. Apabila Airlangga menulis kata “Rekrut” atau hanya sekadar ikon jempol, saya langsung “mendekati” sasaran.

Yang namanya kriteria subjektif, tentu bukan hanya seorang mantan demonstran yang sudah saya kenal puluhan tahun, tapi juga seorang perwira tinggi militer atau kepolisian. Bahkan, paling banyak, adalah Pejabat Tinggi Madya yang banyak saya kenal. Sebagai anggota Tim Penjamin Kualitas Reformasi Birokrasi Nasional RI periode 2015-2019, serta menjadi Panitia Seleksi Pejabat Eselon Satu dan Dua yang dilaporkan kepada Tim Penilai Akhir (TPA) yang diketuai Presiden Joko Widodo, tentu saya sudah mewawancarai banyak orang.

Baca Juga :   RMA Akan Gelar Konsolidasi Nasional dan Diskusi: Kompetensi dan Popularitas, Pilihan Kaum Muda di Pilpres 2024

Noel menjadi fenomenal, karena ia punya banyak “musuh”. Noel adalah Ketua BTP Mania – baru saya googling – dan setelah itu menjadi Ketua Jokowi Mania. Terus terang, apapun identitas Noel setelah hari-hari yang penuh gas air mata dalam Tragedi Semanggi I dan Tragedi Semanggi II, tidak satupun yang menarik perhatian saya. Saya bertatap muka dengan Noel setelah menghadiri Rapat Terbatas “Dedengkot Relawan” dengan Calon Presiden Joko Widodo di Hotel Salak. Di antara dua orang figur, Adian Napitupulu dan Budi Arie Setiadi, Noel cengengesan dengan kemeja slim, rambut bersibak, dan muka berminyak.

Baca Juga :   Bappilu dan BSN Dikerahkan Kawal Pemenangan Usungan Partai Golkar di 270 Pilkada

“Wuih, relawan sukses! Aktivis sukses!” ujar saya. Noel cekikikan. Adian lagi menulis di depan. Budi “Muni” Setiadi duduk menguasai meja diskusi. Saya foto-foto.

Terus terang, sebagai Panglima Besar Sang Gerilyawan Jokowi yang kami deklarasikan pada tanggal 27 Juli 2018, saya merasa “terasing” sendiri. Warna kuning di antara aktivis merah. “Beringin merah,” kata Budiman Sudjatmiko.

Untuk mendukung Jokowi pribadi, saya tentu tidak merasa asing. Wikipedia masih mencatat nama saya sebagai “tokoh Partai Golkar” yang pertama kali menyatakan dukungan, ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun begitu, saya baru sempat bersalaman dengan Jokowi dalam acara “Kampanye Damai” di Hotel Bidakara, dalam pembukaan masa kampanye Pilpres 2014. Saya tegur Pak Jokowi, lalu ikut masuk ruangan VVIP, duduk di sebelah Jusuf Kalla. Yuddy Chrisnandi, Tjahjo Kumolo, Hanif Dhakiri dan lain-lain ada di meja.

Baca Juga :   Solid, Gde Sumarjaya Linggih Pimpin Forum Komunikasi Fraksi Partai Golkar Ormas MKGR

“Gini, kalau mau menjadi jubir yang tak terkalahkan, pakai jurus ini,” kata saya, ketika Tjahjo Kumolo becanda tentang kualitas para jubir di televisi. Saya tentu bukan jubir resmi, berhubung hanya menjadi ronin dalam kelompok Poros Muda Partai Golkar yang dikoordinir oleh Agus Gumiwang Kartasasmita, lalu berbagi peran dengan Andi “Ucok” Sinulingga. Saya penyerang kanan, Andi Ucok sayap kiri. Bersama Roosdinal Salim dan lain-lain, saya menghadap Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie untuk menjadi ronin. Tentu, sembari melepaskan status sebagai Samurai Beringin.