Jakarta – Garuda Indonesia sedang jadi buah bibir. Bukan soal kinerja perusahaan, melainkan kasus penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton yang diangkut dengan pesawat Garuda hingga kabar miring kedekatan pramugari dengan petinggi perusahaan.
Bicara soal kedekatan ini cukup menarik lantaran terkait tuntutan pekerjaan. Dikutip dari detikX Menjadi awak kabin, khususnya pramugari, wajib tampil cantik dari sisi penampilan. Selain itu juga harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gaya hidup yang mengelilingi pekerjaan mereka. Kondisi ini tentu saja memerlukan sokongan biaya yang tidak sedikit.
Cuma masalahnya di Indonesia besaran gaji pokok awak kabin disesuaikan dengan upah minimum provinsi (UMP). Tentu saja agak susah jika hanya mengandalkan gaji semata, lantas bagaimana caranya untuk membiayai tuntutan kebutuhan tersebut?
“Nah, itulah yang membuat dia mencari cara untuk survive dengan gaya hidup seperti itu. Dari situ pula muncul hal-hal yang negatif. Ya, sekarang siapa sih yang nggak suka easy money?” kata Zaenal Mutaqin, Ketua Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, dua pekan lalu, mengutip detikX, Selasa (31/12/2019).
Zaenal, yang sudah lama bekerja sebagai awak kabin, menambahkan, di perusahaannya sendiri, banyak pramugari yang terlibat hubungan terlarang dengan pilot dan petinggi perusahaan demi memenuhi gaya hidup itu. Dulu hubungan semacam itu dianggap masih wajar karena tidak mempengaruhi tugas dan pekerjaan masing-masing. Namun kedekatan awak kabin dengan petinggi perusahaan sekarang ini mengganggu penerapan regulasi perusahaan.
Eks awak kabin Garuda Indonesia blak-blakan soal hubungan asmara awak kabin dengan pilot maupun atasan.
Pengakuan Mantan Awak Kabin Garuda
Eks awak kabin Garuda Indonesia, Agung Webe, mengatakan hal yang sama. Hanya, ia tidak sependapat dengan anggapan telah terjadi prostitusi di maskapai pelat merah itu.
Sebab, prostitusi terjadi bila ada transaksi jual-beli. Sedangkan yang terjadi selama ini adalah hubungan asmara suka sama suka antara pegawai dan atasan. “Kalau kita bicara suka sama suka, itu bisa terjadi di mana saja, dan itu bukan prostitusi,” kata Agung Webe saat ditemui di Summarecon Mall Bekasi dua pekan lalu.
Agung Webe pensiun sebagai pramugara pada 2015. Setelah mengundurkan diri, Agung menjadi motivator serta penulis buku. Sudah 30 judul buku ia tulis. Dua di antaranya adalah novel tentang kehidupan pramugari yang diangkat dari kisah nyata rekan-rekannya sesama awak kabin. “Selama 20 tahun itu saya melihat sendiri pelaku-pelaku di dunia penerbangan. Nah, kemudian pada saat saya masih terbang dulu, saya mulai menulis,” ucap Agung Webe.
Dari pengamatan Agung Webe, katakanlah dari seratus pramugari, dua di antaranya pasti ada yang ‘menjual diri’ atau berselingkuh. Dan melakukan hal itu, bagi mereka, adalah hal yang gampang. Bagi kebanyakan orang, berselingkuh itu membutuhkan uang, artinya mencari dan bayar hotel dan bagaimana caranya agar hubungan itu tak terdeteksi keluarga.
“Berbeda dengan pramugari, yang kesempatannya banyak, hotel tak bayar, terbang berhari-hari, fasilitasnya banyaklah. Tidak tertutup kemungkinan nanti ada pramugari baru yang masuk itu akan terseret arus itu, dan kejadiannya banyak itu,” jelasnya.
Agung Webe juga mendapat banyak cerita dari sesama awak kabin maskapai lainnya. Di antaranya beberapa maskapai melakukan kesalahan terhadap regulasi penerbangan yang dibuat pemerintah. Guna menutupi kesalahan itu, maskapai sengaja menunjuk pramugari untuk menemani pimpinannya dalam bernegosiasi dengan pemerintah. Setelah itu, case close! Pramugari menjadi bumper, terlepas apa yang dilakukan sehingga peraturan itu menjadi clear.
“Selama 20 tahun itu saya melihat sendiri pelaku-pelaku di dunia penerbangan. Nah, kemudian pada saat saya masih terbang dulu, saya mulai menulis,” ucap Agung Webe. (detikfinance)